Jumat, 20 Februari 2015

Cerita Seorang Laki - Laki dari Australia


      Pernahkah Kita menyelamatkan seseorang dari Kematian? Pernahkah kita menghadapi keadaan dimana kita adalah satu - satunya yang bisa menyelamatkan nyawa seseorang? Suatu hari saya menyelamatkan seseorang anak laaki - laki yang akan tenggelam. saya sedang berdiri ditepi danau ketika melihat seorang anak laki laki sedang berjuang disana jauh disana didalam air. Ia telah menyelam jau dari perahunya dan berenang ditempat dalam, kemudian Ia berenang menuju ke perahunya dan bergerak lebih cepat ddari pada kecepatannya berenang. anak laki - laki itu tidak mungkin mencapai pantai. Saya tahu ia pasti tenggelam, kecuali sesuatu dilakukan dengan cepat.

     Ada sebuah perahu Kanoe didekat situ. Saya merenggut perahu itu dengan satu tangan dan sebuah dayung yang rusak dengan tangan yang lain. saya bergegas terjun kedalam airdan menyelamatkan anak itu sebelum dia tenggelam. Ketika saya membawahnya ketepi, Saya mengucap syukur kepada Tuhan bahwa saya mampu mencapai anak itu sebelum ia mati. ketika saya melihat bahwa anak itu sudah aman dan sehat, saya belum pernah merasakan sukacita damai seperti itu dalam hidup saya. Saya telah menyelamatkan anak itu dari maut. Kelak saya akan berdiri ditepi pantai surga, saya akan melihat jiwa - jiwa yang mampu saya jangkau dengan Injil. 

    Saya akan mendengarkan mereka akan bernyanyi, bersukacita karena saya bisa menjangkau mereka sebelum mereka binasa. Kehadiran mereka dan di Surga saya akan menjadi upah yang paling besar yang bisa saya bayangkan. Bertahun - tahun lalu sorang laki - laki meninggalkan Australia setelah mendapat kekayaan dari hasil tambang emasnya. Kapal yang sedang dia tumpangi pecah karena diserang badai dan tenggelam. Sekoci - sekoci penyelamat hilang dan para penumpang kehilangan haraapan. Lelaki itu berpikir ia bisa berjuang melawan ombak -ombak itu untuk mencapai satu pulau kecil yang berdekatan dengan lokasi mereka tenggelam.

     Ia sudah hampir melompat kedalam air ketika seorang gadis kecil yang ibunya telah hilang dilaut itu ia mencengkram pakaiannya dengan ketakutan. Anak itu memohon : "Tuhan, maukah tuan menyelamatkan saya ?" Disekeliling pinggang laki - laki itu terletak ikat pinggang yang berat, penuh emas yang menjadi kekayaanya. lelaki itu menoleh kebelakang kepada gadis kecil itu yang tidak berdaya. Lelaki itu harus memilih antara kekayaan duniawinya atau menyelamatkan nyawa anak perempuan itu. 

      Ketika angin mengempaskan air asin kemukanya dan anak perempuan itu terus menggeamnya, ia melepaskan ikat pingganya yang berat karena penuh dengan emas itu lalu melemparkannya kedalam air. Dan ia mereenggut Gadis kecil otu dan melompat dengannya kedalam laut. Ia berjuang terus ditenga air yang bergolak itu. Akhirnya dengan nyawa yang hampir hilang, ia mencapai daratan. Terhuyung - huyung ia ketepi daratan pantai dan menurunkan Gadis kecil itu di atas pasir dan roboh san pingsan karena kelelahan.

     Kemudian ketika laki - laki itu sadar, gadis kecil itu merangkul lehernya itu, lalu dengan bibir lembutnya itu ia mencium pipi dari laki - laki itu. Gadis  kecil itu memandangnya dengan lembut dan berkata : "Tuan saya sangat senang karena tuan menyelamatkan saya, dan terima kasih atas kebaikan tuan kepada saya." Lelaki itu berkata "Bahwa hal ini lebih berharga baginya dari pada emas yang dapat membuatnya tenggelam dan mati didalam dasar laut karena beratnya emas yang diikat dipingganya.

     Bila Kita mencapai pantai surga yang cemerlang, pastikan bahwa  ada orang yang bergegas - gegas lari menyalami kita dengan lengan terbentang dan berkata : "Selamat datang! Saya sangat senang, karena Saudara memungkinkan saya selamat". cerita ini sangat membuat kita untuk lebih berpikir lebih cermat, manak yang kita utamakan dalam hidup ini kekayaankah yang kita cari atau Hadirat Tuhan yang ingin kita kejar dalm hidup ini. Saya sarankan agar kita terlebih dahulu mengejar Hadirat Tuhan maka Berkat Kelimpahan Harta dan kekayaan akan kita rasakan jika kita benar - benar ingin tetap berada dalam Hadirat Tuhan dengan berpikir lebih baik. Amin.

 

Salam Saya 
JIJ1912

Tidak ada komentar: